Rajatani

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menghabiskan masa tua tepatnya usia pensiun di tanah kelahiran seringkali menjadi pilihan pasangan suami istri meninggalkan gemerlapnya kota Jakarta yang menjadi pusat bisnis.

Namun berbeda dengan pasangan Anne Sri Arti dan Sentot Joko Priyono. Saat keluarga pakar bisnis nasional ini sedang dalam usia produktif dan anak di usia remaja, mereka malah meninggalkan ibukota negara dan memilih pulang kampung ke Sukabumi.

Pulang kampung bagi Anne Sri Arti seperti sebuah panggilan jiwa yang didukung penuh oleh keluarga. Wanita tangguh asal Sukabumi ini memilih tinggal di Cikaret, Kelurahan Sukamekar, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi.

Ibu sepasang anak ini meninggalkan posisi jabatannya di sebuah bank nasional maupun sebagai konsultan bisnis yang sudah ditekuninya sejak lama. Anne benar-benar berhijrah lahir dan batin lalu bergabung menjadi peternak sapi di kampung halamannya pada 2009.

Meski mengawali dengan menitipkan sejumlah sapinya pada peternak di sekitar rumahnya, namun secara totalitas dia mempelajari bagaimana merawat sapi hingga menghasilkan susu dan bagaimana pengolahan hingga pemasarannya.

Learning by doing yang dilakukannya dengan sepenuh hati membuahkan hasil yang membuka mata dan hatinya. Bukan hanya produk susu yang harganya murah tak seimbang dengan perawatannya tapi juga memahami realita bahwa tanpa memberikan kepastian pasar,kepastian pembayaran dan kepastian harga maka nasib peternak tidak akan berubah.

Ironis memang kehidupan para peternak yang produk susunya dibeli dengan harga rendah. Sementara keluarga terutama anak-anaknya tidak bisa menikmati minuman sarat gizi itu untuk mendapatkan lebih banyak uang mengingat harganya yang murah.

“Para peternak harus menjual seluruh susu hasil produksinya untuk mendapatkan uang,” ungkap Presiden Pengolahan Pemasaran Hasil Pertanian, organisasi yang bermisi mendorong kehidupan peternak dan petani lokal.

Anne putar otak menghadapi sifat susu yang harus selalu segar (freshable), mudah rusak (perishable), jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif sedikit (bulky). Soalnya sifat ini akan memengaruhi mekanisme pasar dan pemasaran.

“ Kondisi inilah yang menyebabkan faktor terjadinya fluktuasi harga dan produk susu ataupun hasil pertanian nasibnya akan sama tidak akan mendapat harga yang baik selama tidak pasti pula pasarnya,” kata Anne Sri Arti saat kami berkesempatan duduk santai di sebuah mall di Jakarta Selatan.

Kepeduliannya yang tinggi pada peternak makin hari makin kuat apalagi mereka hanya mampu menyekolahkan anak-anaknya di tingkat sekolah dasar

Kreativitasnyapun berkembang untuk mengolah menjadi susu pasteurisasi, yoghurt, permen susu, snack dan produk lainnya. Tapi faktanya semua upaya itu tetap tak mampu mendongkrak kesejahteraan hidupnya maupun peternak lainnya.

Bukan Anne Sri Arti jika dia tidak mendapatkan solusi. Nama Sri ditengah nama pemberian orangtuanya yang berarti terang, kecantikan dan kemakmuran akhirnya menuntunnya untuk membuat sebuah konsep gerakan masyarakat dan ada titik terang mewujudkan idealismenya.

Solusinya memberikan titik terang dan titik balik kesejahteraan peternak yaitu dengan menggulirkan konsep gerakan minum susu di sekolah dasar. Caranya dengan mengajak anak-anak membelanjakan uang jajannya untuk membeli susu pasteurisasi.

Lewat gerakan minum susu dia yakin dapat menciptakan pasar yang pasti bagi peternak di samping mencerdaskan anak bangsa. Anne lalu mulai mengetuk satu per satu pintu sekolah untuk mengajak bekerja sama, mengarahkan murid membeli minuman susu yang diproduksinya.

Berkunjung dari satu sekolah ke sekolah lainnya, akhirnya Anne menyadari semangat dan konsep saja tidak cukup. Pasalnya, walaupun konsep sudah matang, dari 10 sekolah yang ia datangi, hanya ada satu sekolah yang mau mencoba programnya.

Tapi memang tidak ada prestasi tanpa perjuangan. Wanita yang sejak masa kuliah sudah mulai berbisnis dengan berjualan sepatu ini memang pantang menyerah dan niat mulianya akhirnya membawa hasil.

Singkat cerita kesuksesan program minum susu akhirnya didukung ratusan sekolah dasar di Sukabumi dan daerah lainnya. Perjuangan Anne mengangkat harkat hidup para peternak sapi perahpun membuahkan beragam penghargaan.

Di bawah bendera perusahaan PT.Makmur Agro Satwa ( MAS) yang didirikannya di bidang usaha budidaya sapi perah, akhirnya mengantarnya sebagai Juara I Pengolahan Susu tingkat Kabupaten Sukabumi dan menjadi Wakil Jawa Barat untuk mengikuti lomba Adikarya Ketahanan Pangan Tingkat Nasional 2012.

“Waktu itu kami langsung menang di tingkat nasional, menjadi wakil Jawa Barat dalam Pengolahan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHP) Award 2012,” kata Anne mengenang awal menuai beragam penghargaan tingkat nasional berikutnya.

Calling atau panggilan jiwanya untuk pulang ke kampung halaman ke Sukabumi terjawab sudah. Selain mensejahterakan hidup peternak keinginannya menginvestasikan kecerdasan anak-anak lewat minum susu ini juga tercapai.

Lewat penelitian sederhana selama 4 tahun disekolah-sekolah yang muridnya rutin minum susu maka tingkat kecerdasan mereka lebih meningkat. Anak-anak yang tadinya sering mengantuk jadi hilang kebiasaannya itu dan tingkat kehadiran di sekolah juga semakin tinggi.

Selalu menggunakan hati menjadi poin penting bagi Anne dalam mengembangkan bisnisnya. “Bagi saya, bisnis tidak selamanya tentang mendapatkan uang, tapi bagaimana mendapatkan kepuasan hati. Itu prinsip usaha saya, sehingga saya tidak selalu mencari uang,” kata ibu dan istri yang gemar memasak ini.

Tak heran panen penghargaanpun kemudian setiap tahun diterima pemenang ajang penghargaan Entrepreneurial Winning Women dari organisasi internasional Ernest & Young (EY EWW) 2014 ini.

Beragam penghargaan tidak membuatnya berhenti memikirkan nasib peternak dan petani dari cita-citanya semula memberikan kepastian pasar,kepastian pembayaran dan kepastian harga.

“Kehidupan para petani dan peternak yang sebenarnya menjadi tulang punggung penyediaan bahan pangan di negara kita memang masih jauh dari kata layak. Oleh karena itu langkah bisnis saya orientasinya pada misi saya itu, mensejahterakan dan memberdayakan umat.

Utamakan Ibadah

Delapan tahun yang lalu wanita cantik asal Sukabumi ini tidak pernah membayangkan posisi yang dicapainya saat ini, memimpin berbagai organisasi agribisnis, jadi pebisnis sukses dengan omzet miliaran, konsultan peternakan dan pertanian yang memiliki lima perusahaan sekaligus.

“Satu hal yang sangat bernilai adalah mendapatkan dukungan keluarga terutama suami sebagai imam dan belahan jiwa. Dialah yang membimbing kami bahwa kesuksesan yang kita terima saat ini bukan hanya hasil kerja keras tapi harus dimbangi ibadah yang kuat,” ungkapnya sambil mengembangkan senyum manisnya.

Mengutamakan ibadah dan bersedekah bukan hal riya yang ingin ditunjukkan Anne. Kunci-kunci sukses justru berasal dari ibadah dan doa-doa yang kuat serta kebiasaan memulai aktivitas dengan bersedekah.

“Suami saya meneladani istri dan anak-anaknya untuk bersedekah di pagi hari dengan memasukkan uang seikhlasnya di kotak amal lalu disalurkan di musholla dan dimesjid-mesjid. Dari situlah muncul banyaknya keajaiban dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang bisnis,” ungkapnya.

Kedekatan pada sang pencipta membuat dirinya terpanggil untuk menolong para petani tomat yang terpaksa membiarkan buah tomat membusuk diatas dahannya karena harga jualnya lebih rendah dari harga produksi dan pemeliharaannya.

Anne mengunggah foto tumpukan ribuan buah tomat hasil panen petani Sukabumi yang tidak terserap pasar ke dalam WhatsApp (WA) Group Komunitas Pengusaha Perempuan Indonesia yang tergabung dalam Witty Intelegent Smart Independent (W.I.S.E) dikomandani Santi Mia Sipan, Presdir Jaty Arthamas Rizky.

Tumpukan tomat dalam gudang yang teronggok dan membusuk itu langsung mendapat respons dari para anggota W.I.S.E yang ramai-ramai tergerak memesan tomat untuk keluarga dan handai taulannya sehingga dalam sehari bisa terjual 2 ton tomat.

“ Saya ingat sekali teman-teman W.I.S.E menjadi begitu semangat memasarkan tomat seperti mbak Kusuma Prabandari,CEO PT Didaktika Sekar Mandiri dan alm Jusabella mantan Dirut PT Pelni serta komandan komunitas, mbak Santi Mia Sipan sendiri,” jelasnya.

Wanita ramah dan penerima API (Anugerah Perempuan Indonesia), Tuperware She Can Award serta Top Muslimah Award 2016 ini bercerita bahwa saat itu rata-rata harga tomat di petani jatuh hingga hanya Rp 1.400/kg. Padahal, biaya produksi tomat mencapai Rp 2.000/kg.

Disadari atau tidak, Anne menjadi penyebar virus penyelamatan para petani. Penjualan langsung tomat diikuti dengan instansi-instansi pemerintah seperti di palataran lapangan parkir Kemendag yang dibeli dari petani di Tasikmalaya dan Ciamis sehingga harga jual bisa lebih tinggi dari Break Event Point ( BEP).

Tomat pula yang membuat Anne bersinergi dengan Rachmat Gobel, generasi kedua dari keluarga Gobel, pemilik Panasonic Gobel Group. Mantan Menteri Perdagangan ini mendukung sepenuhnya tekad Anne untuk menjamin kontinuitas komoditi dan memberikan kepastian harga, kepastian pasar dan kepastian pembayaran yang didam-idamkan seluruh rakyat

Kedaulatan pangan

“ Hal yang penting dalam hidup saya adalah tidur nyenyak, pikiran tenang, makan enak tentunya,” kata Anne tergelak ketika ditanya hal-hal penting yang ingin dicapai dalam hidupnya.

Wanita yang ingin menjadikan peternak/ petani dan UKM Indonesia menjadi “ Raja “ di negerinya sendiri ini lalu menambahkan bahwa hidup tanpa hutang dari bank membuatnya tidur nyenyak karena dalam menjalankan bisnisnya dia memilih bisnis dengan captive market.

“ Captive market membutuhkan produk peternak/petani dimana mereka punya pasar yang pasti, harga yang pasti dan pembayaran yang pasti,”

Pendiri Koperasi Makmur Argo Sarwa ( MAS), PT Rajatani Agro Nusantara, serta PT Aren Mas Nusantara ini mengatakan kalau pemerintah punya program ketahanan pangan maka dia punya program kedaulatan pangan.

“Target saya tiap provinsi hingga kabupaten di Indonesia perlu fokus pada komoditas unggulan masing-masing. Kalau perlu untuk pakan ternak dan pupuk tanaman juga dari hasil di wilayah mereka sendiri,” kata Anne yang juga mendirikan PT Mas Raja Agro Nusantara dan PT Agrocom Agrokomunikasi dan Sosial Invesment.

“Tahap awal perlu dilakukan pemetaan komoditas unggulan di setiap wilayah dan sarana prasarana pendukungnya untuk mendapat gambaran kemungkinan pengembangan ke arah yang lebih prospektif,”

Selanjutnya, kata Anne, dari hasil pemetaan tersebut dilakukan identifikasi komoditas unggulan yang dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memberikan nilai tambah terhadap produk tersebut. Setelah identifikasi dilakukan dukungan dalam bentuk kebijakan pemerintah maupun dukungan prasarana dan infrastruktur dalam kawasan tersebut.

Tekadnya itu di tunjang sistem pertanian biodinamis ( organik plus) yang sepenuhnya memanfaatkan unsur biologis sebagai pendorong dalam sistem pertaniannya sehingga dia optimistis kedaulatan pangan segera terwujud.

Sambil senyum-senyum dan pandangan mata optimistis, Anne menambahkan bahwa pertanian biodinamis menempatkan tanaman dan ternak dalam suatu siklus yang saling menguntungkan karena tanaman dapat hara dari kotoran ternak dan ternak mendapatkan makanan dari tanaman.

“ Nanti deh kita bicara lebih jauh soal pertanian biodinamis ini yang sangat ramah lingkungan dan produknyapun sangat sehat,” kata ibu dari Drh. Arighi Geraudi dan Lasata Larasati sebelum kami berpisah sore itu.

Wanita super sibuk yang menjadi konsultan di sejumlah provinsi ini harus bertemu dengan klien yang memintanya melakukan pemberdayaan masyarakat yang akan direlokasi tempat tinggal setelah mendiami secara ilegal tanah milik sebuah perusahaan.

“ Sebagai konsultan saya memberikan solusi yang terukur sehingga masyarakat setelah bersedia pindah bisa menjadi petani/peternak yang handal,” tandasnya.

EnglishIndonesian